SANG PRESIDEN
Sebelum ada gelar Sarjana, Master, Doktor dan Profesor,
dunia pendidikan Islam sudah mempunyai title sendiri yang disematkan kepada peserta
didiknya, diantaranya adalah gelar 'Syaikhul Islam'.
Imam Sakhowi menyebutkan bahwa Syaikhul Islam adalah
gelar yang diberikan kepada seseorang yang telah melakukan observasi sempurna
dari ilmu para ulama mu'tabarin berhaluan al-Quran dan Hadis, memahami
kaidah-kaidah ilmu syariat secara luas, mempunyai ilmu agama yang melaut
manqulan wa ma'qulan, leluasa untuk menghadirkan nushus syariat kapanpun
diperlukan dan kerap kali orang yang mempunyai gelar ini sudah sampai pada
derajat kewalian, yang orang-orang mengambil keberkahan dengannya baik dalam
keadaan hidup maupun sudah wafat.
Adapun ulama yang mendapatkan title ini diantaranya
:
a. Abu Isma'il Alharowi (pengarang Manazilus Sairin,
W:481H),
b. Abu Ali Hasan Said Almuni'i
c. Abul Hasan Alukkari
d. Ibu Alkholil Assijzi
e. Abul Qosim Yunus Albashri
f. Abul Hasan Assundi
g. Izz Bin Abdissalam
h. Taqiyuddin Assubki
i. Sirojuddin Albulqini
j. Ibn Daqiq Al Id
k. Ibnul Firkah.
Inilah satu diantara banyak title yang dimiliki dunia
pendidikan islam yang melebihi gelar profesor pada zaman ini. Namun sepertinya,
title ini sudah lama kosong tak berpenghuni, dan akan terus tertutup jika dunia
pendidikan islam kita masih mengandalkan metode dan sistem seperti yang ada di
sekolahan dan di perkuliahan.
---------------
Adalah Imam Ibn Hajar Alasqollani, salah satu cendikiawan
muslim terkemuka, kontribusinya dalam pendidikan islam sudah tak terhitung dan
tidak diragukan lagi. "Fathul Bari " merupakan salah satu buah tangan
yang kita rasakan sampai saat ini. Bagaimana keindahan dan keluarbiasaan beliau
dalam menjelaskan Shohih Bukhori menunjukkan kepakaran dan samudra keilmuannya.
Pantas jika dikatakan 'La Hijrota Ba'dal Fath'. Belum lagi jika dilihat dari
karangannya yang ± mencapai 150 kitab. Tentu kita sangat bersyukur memiliki
ulama seperti Ibn Hajar.
Berkat keluasan ilmu dan pengetahuannya, banyak para
ulama yang berbondong-bondong memujinya, sebut saja Imam Kamaluddin Asyumunni
yang memberikan julukan kepada Ibn Hajar dengan Filosuf Hadits dan Sang
Presiden Ulama Hadis. Al Bulqini yang merupakan gurunya, mengizinkan beliau
untuk mengajar dan berfatwa dikarenakan kecerdasannya yang luar biasa. Al Hafiz
Al Iroqi menyebutnya dengan Hujjah (Jubirnya Para Ahli Hadits) dan Allamah
Ismail Albirmawi mengatakan :"Dengan wafatnya Ibn Hajar, maka wafatlah
syariat islam", beliau juga berkata :"Saya belum pernah melihat ulama
yang mengunggulinya, begitupun Ia sendiri (Ibn Hajar) juga belum pernah melihat
yang mengungguli dirinya".
Tidak ketinggalan, Imam Sakhowi juga mengapresiasi Ibn
Hajar dengan mengatakan bahwa Ibn Hajar sangat layak mendapatkan gelar Syaikhul
Islam, karena semua yang disebutkan dari sifat-sifat gelar tersebut ada pada
dirinya, terlebih banyak para ulama lintas ilmu mempromosikan Ibn Hajar dengan
sebutan Syaikhul Islam.
-----------
Dari semua kemuliaan yang dimiliki Ibn Hajar, sangat
disayangkan tidak semulia dengan keadaan rumah terakhir beliau yang
memperhatikan. Jalanan menuju kemaqamnya berdebu sekali dan banyak tumpukan sampah.
Setiap jumat ada pasar ternak yang kerap kali didepan maqamnya dipamerkan
domba-domba lucu. Terakhir saya menziarahnya, untuk memasuki maqamnya saja
harus manjat tembok dulu yang dibawahnya banyak puing-puing runtuhan bangunan.
Nisannya berdebu, kusam, dan tak terurus. Gentengnya jebol. Setengah mihrobnya
tertimbun debu. Parah dah.
Baru-baru ini pelajar yang notabene dari Asia melakukan
sedikit renovasi maqam Ibn Hajar. Terlihat dari foto yang beredar, atapnya
sudah diperbaiki, tanahnya sudah di semen dan nisannya telah dibersihkan.
Alhamdulillah sudah ada yang memulai. Sekali lagi, Beliau adalah Syaikhul
Islam. Jikalau jalan menuju ke maqamnya diaspal, diberikan karpet merah,
diberikan hiasan kiri-kanannya, pintu masuknya dibuat dari emas permata, area
maqamnya di marmer dengan yang paling mahal, di tutup dengan hambal tebal yang
lembut, nisannya diganti dengan qubah besar nan anggun berlapiskan kiswah yang
diukir, maka sungguh belum membalas apa yang sudah diberikan Ibn Hajar kepada
umat islam. Sungguh! Umat ini belum memproduksi lagi ulama seperti beliau,
seorang yang dengannya kita bisa memahami sebaik-baiknya kitab setelah
al-Quran.
Semoga kita dijadikan orang-orang yang mensyukuri ni'mat
adanya ulama ahyaan wa amwata, memuliakan mereka dan mendapatkan sebongkah
keberkahan dari mereka, terkhusus dari Al Imam Al Hafiz Syaikhul Islam Wali min
Awliyaillah Syihabuddin Ahmad Bin Ali Bin Muhmmad Ibn Hajar Al Asqollani Al
Mashri Asy safii (W:714H) amin yaa robbal alamin.
Jakarta, Maret 2019
Al Asyirotul Karimiyyah
Ahmad Miftahur Rizki, Lc.
Pengasuh
Ahmad Miftahur Rizki, Lc.
Pengasuh
Komentar
Posting Komentar