"MEMECAH -BELAH" KALIMAT TAUHID
Jika kita menengok kepada
peninggalan ulama terdahulu, maka akan didapati daripada warisan-warisan mereka
yang antik dan unik yang diabadikan dalam kitab-kitab mereka. Ada begitu banyak
macam kitab, dari yang tipis hingga tebal yang selalu membuat kita berdecak
kagum. Satu diantaranya adalah kitab yang membahas makna tauhid karangan Imam Zarkasyi (w 794 H). Di kitab ini kita bisa
melihat bagaimana seorang Imam Zarkasyi 'memecah belah'
kalimat tauhid dari huruf hingga kata, lalu mengurai kalimat tauhid tersebut
dengan begitu apik dan elegan secara ilmiah.
Secara garis besar, beliau
membagi kitabnya ini menjadi 29 Fashl, dan membahas secara mendetail dari
pembahasan bahasa, nahwu, balaghah, kalam, mantiq dan disiplin ilmu lainnya
yang berkaitan dengan kalimat tauhid. Ajibnya, Imam Zarkasyi menulis kitab ini
hanya semalam!! Bisa di bayangkan jika ia menulisnya seminggu, sebulan atau
setahun. Akan jadi apa kalimat tauhid itu di hadapannya.
Bagi ulama kita terdahulu,
mengarang kitab semalaman sepertinya memang hal yang biasa. Apalagi sosok Imam
Zarkasyi yang keilmuannya sudah tidak diragukan lagi. Cukuplah Alburhan,
Al bahrul Muhith fil Ushul dan Tasyniful Masami' menjadi bukti
kepakarannya.
Ternyata, selain Imam Zarkasyi,
masih banyak dari ulama kita yang menjadikan kalimat tauhid sebagai bahan
pembahasan mereka, khidmatan lil 'ilm dan taqorruban ilallahi bihi,
diantara kitab-kitab yang membahas kalimat tauhid dan syahadat adalah :
١-
أنوار السعادة في شرح كلمتي الشهادة للإمام
الكافياجي
٢-
رسالة في كلمتي الشهادة للعلامة مولانا
الجامي
٣-
رسالة في معنى و إعراب لا إله إلا الله
للعلامة البركوي
٤-
رسالة في إعراب لا إله إلا الله للعلامة ابن
الصائغ
٥-
رسالة في الكلام على الشهادة للإمام
السمرقندي
٦-
رسالة في حق كلمة التوحيد لأبي سعيد محمد
الخادمي
Jadi, Kalimat tauhid merupakan
kalimat yang sangat sakral bagi agama islam. Bagaimana tidak, dengan kalimat
tauhidlah kita menjadi muslim. Kita tidak mungkin alergi dengan kalimat tauhid.
Dan yang patut diperhatikan, Ulama kita diatas sudah lebih dahulu mendakwahkan,
menjelaskan, menguraikan, dan mengamalkan kalimat tauhid, bukan sebagai
propaganda dengan alasan memurnikan agama, atau menutupi identitas dengan
menjadikannya baju, topi, emblem atau merchandise lainnya.
Al-Asyirotul Karimiyyah,
Komentar
Posting Komentar